“Masak tripleks sih, Pak. Kalau kena air setiap hari bisa rusak.” Istri Tjok merajuk.
“Ya, mandinya jangan gebyar-gebyur lah kayak orang tenggelam di sungai, Bu. Selow saja. Kalau mau lebih awet, ya, bisa pakai seng!”
“Seng?!”
“Ya, Seng. Pak Bowo baru renovasi rumah, seng bekasnya boleh diambil, katanya.”
“Tapi kelihatannya jelek, Pak!”
Lantaran persoalan dinding kakus seng usulan Tjok, istri Tjok sempat ngambek tiga hari, apalagi sebelumnya istri Tjok itu juga sudah mengalah soal bak penampungan air. Dan karena masalah dinding kakus, Tjok tidak dapat suguhan kopi.
Berikutnya mereka berselisih paham soal kloset. Lagi-lagi istri Tjok kecewa karena kloset yang rencananya akan dipasang Tjok adalah kloset bekas milik Pak Bowo.
“Apa tidak bisa kita punya satu saja yang baru di kakus kita nanti? “
“Tenang saja, Bu. Gayungnya pasti baru, kok.”
Istri Tjok mendelik. “Enakan numpang di kakus Bu Saripa!”
“Hus! Berak, kok, numpang terus. Malulah. Ingat, malu itu penting untuk dijaga. Malu itu harga diri, Bu. Kehormatan kita!”
Setelah rencana matang, dan telah tetap kesepakatan antara Tjok dan istrinya, istri Tjok bertanya, “Jadi kapan kita mulai buat kakusnya, Pak?”
“Kapan-kapan, Bu.”
“Kok, kapan-kapan. Harus segera, Pak. Kakus ini urusan genting, loh! Bukannya Bapak sendiri yang bilang kalau kakus itu lambang peradaban manusia modern. Peradaban manusia yang tahu malu?”
“Ya, mau gimana lagi, Bu. Setiap Bapak mau beli semen, uangnya selalu jadi beras, telur, minyak, gula pasir, sabun, sampo, dan odol.”
Karena ucapan Tjok, istri Tjok menghela napas panjang. Diikuti hela napas Tjok yang jauh lebih panjang.
“Seharusnya, wali kota atau presiden kita memperhatikan tentang kakus ini, ya, Pak. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat untuk punya kakus,” timpal istri Tjok kemudian.
“Bu, sebenarnya yang jadi persoalan kita ini, antara yang masuk ke mulut dan yang keluar di d*bur,” ujar Tjok. Pandangannya lurus ke depan, di mana seekor anjing sedang asyik buang hajat di rerumputan.
Makassar, April 2025.
Lahir di Kolonodale, Sulawesi Tengah. Saat ini tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan. Beberapa puisi dan cerita pendeknya telah dimuat di berbagai media, baik lokal maupun nasional.
Leave a Reply