Sepenggal Tanah Totale
I
Malam purba, hujan singgah
menjejaki sukma yang terjaga
basahi tanah tanpa nama
mengundang tanya tak sudah-sudah
Di atas Toalang,
jimat mantra bersimpuh lapang
lepas dari palung sunyi sang petapa
mendekap jiwa, melucuti raga
Nabastala runtuh
ketika di dasar laut, sebongkah batu
jatuh ke pelupuk sesepuh
mendegup beku sekujur tubuh
pohonan kaku, daunan bisu
Seutas tali melilit erat
mengikat batu bersegi empat
serupa wangsit dalam tirakat
yang labuh dengan selamat
Dari rahimnya, lahirlah Totale:
bâto sé atalé*
dua kekuatan menyatu penuh misteri:
sudahkah penghuninya sekokoh batu
dan sekuat tali?
Totale, Juni 2022
*Bâto sé atalé (Bahasa Madura): Batu yang bertali/terikat tali.
Sepenggal Tanah Totale
II
Sumenep-Bali memahat sejarah
melukis pekat tumpah darah
Totale tabah menadah yang kalah
Bali berkoar, bendera berkibar
pasukan Sumenep terdampar
menyelinap pada semak belukar
batu yang dibabat tali dilempar
berlindung mengucap istighfar
Totale dikukuhkan
pasca ihwal mengharukan
sekeping tanah warisan
mengalir dari peluh zikir nenek moyang
Lihatlah sekarang
batu-batu telah dilindas
tali sengaja dilepas
ketajaman batin telah kandas
bahkan tandas sebelum semua tuntas
Totale, bukan tanpa nama
tetapi tinggal nama
seonggok batu tangguh ranap
seutas tali kukuh lenyap
Totale, Juni 2022
Si Buta yang Berkelana
Ia bisa lebih sunyi
senyap dari sengkarut duniawi
kekal menjelma abdi
khusyuk bergerak ke titik kembali
Ia bisa lebih liar dari ular
menjalar pada setiap sudut nalar
menyelinap ke relung belantara
menepikan logika yang lalai memaknai aksara
Ia bisa lebih dekat dari urat kepala
merajai setiap detak
mengalasi kaki yang berkerak,
mata yang jelalat serta mulut penelan pekat
Ia bisa lebih dari raja
meletakkan semesta di rongga dada
sebagai tangga, ia pun memanjat tanpa mata
berpuasa dari kicauan kata-kata
Sejak itu, aku berguru padanya
mematahkan mataku dan ikut berkelana
Totale, Juni 2022
Si Bisu yang Berbicara
Bukan hening,
ketika mulutmu melumat abjad
pada lembar usang sehabis senja
ataupun saat fajar mengumbar merah.
Namun, telingamu tumbang
tak ada kata yang terdengar
selain dari liangmu yang sumbang
Ia tampak bungkam
sebagai kalam, ia tersuruk kelam
tenggelam dalam bayang-bayang hitam
tersudut pada rongga paling suram
Kau tahu,
dalam diam, ia lantang meneriakkan kebenaran
memuat puja paling mujarab
telaga di tengah bengis antero jagat
Karena itu, aku mengabdi padanya
mengangguk pada tiap suara
yang keluar dari kebisuannya
Totale, Juni 2022
Bertapa
Aku menunggu di sudut malam
di antara jajaran pohon siwalan
di tengah bebatuan yang berserakan
lafad demi lafad diagungkan
bergumul dengan cerita masa silam
Perihal siapa dan dari mana,
aku diimpit tanya
Sukmaku berkelana
menapaki jejak penuturan
mencari pembenaran:
tanah tersirat di tengah lautan
Aku bimbang,
benarkah Bugis sebagai kota asal?
Sebab namamu masih sakral
tenggelam dalam sejarah yang nyaris dilupakan
Aku pun menyangsikan,
ikatan sedarah dengan Raden Fatah, Siti Maryam
yang bersemayam di tanah Juruan
sebab, tilasmu tak terlihat
persis pusaramu yang niskala
Siapa dan dari mana,
masih di ujung tanya
Duh, pengelana sejati
jejakmu semerbak bunga kasturi
pecahkan tabir misteri
datanglah kemari
meski hanya lewat mimpi
Totale, Juni 2022
Lahir dan besar di kampung kecil bernama Totale, tepian pesisir paling timur Pulau Madura. Saat ini berdomisili di Lamongan, Jawa Timur. Kecintaannya terhadap dunia literasi, ia tunjukkan dengan membangun rumah pribadi, yaitu: cahayatotale.blogspot.com. Boleh dikunjungi oleh siapa saja yang ingin berkenalan lebih lanjut dengan tulisan-tulisannya. Penulis dapat disapa di Instagram dan Facebook Bintu Assyatthie.
Leave a Reply