lafad rindu
: n
malam gemulai dengan manjanya
mengiring seutas senyum kerinduan dara
pada waktu yang merambat sukma
mengantarkan dia pada gejolak riak samudra
lepas . . . .
menggulung geliat kepasrahan
aku yang terbungkam di tepian
memaknai selaksa rasa
bergalayut erat
memapahmu menuju
singgasana rasa
dalam ruang rindu
bhg – 2i
mengeja abjad
satu per satu etalase ruang waktu
tersibak abjad-abjad olehnya
ketika desiran syahdu mendentang
menyeruak pada indra rasa
kertas yang bergaris lurus
memulai dengan kata
pada satu bait garis akhir
sebuah jawab melembab
merambati pada nadi
teringat kita
harus kembali
menjemput fajar
dia menjemput fajar melambai
di paruh waktu
terkisahkan di pelataran kekasih
bulu beranjak tertusuk kisah
bekukan rasanya
sorot membawanya ke sudut
pada lembaran bertuliskan tinta
di atas garis membentang kusut
jiwanya kembali terbungkus
saat sepoi lelahnya
bergelayut membimbing desiran kemalasan
menuju reranting kekasih
yang masih berwelas kasih
fajar membentang di balik kubah
dia datang padamu
kembali pun padamu
meski tak berarti
ada banyak segmen
yang sama-sama berarti
ketika perilaku bijak
menata diri lebih jauh lagi
tapi kau tak ingin peduli
pada apa yang kau cari
kau sampaikan ragamu
tanpa berada melekat jiwamu
sementara aku berada
dalam keduanya
seperti tak pernah berarti
1-8-9
perjamuan akhir
buat : s
gelap kemarin akan terempas
berlari dengan selimut kumuh
memajang huruf sambil
berlagu angka pada
rindu kekal
selingan jerit loko
memanggilmu dengan resah
pagi membuta kembali
meraba pesan
aku mendapati sorot mata sayu
mengempaskan relung hasrat
mencipta lagu kalbu
pada dataran langit-langit
di sebuah gang sempit cerobong asap
melekat napas
dalam seikat serapah
: untuk slalu kau ingat!
membaca peta
aku kembali membaca
pada peta yang masih buta
hari ini
memulai dari jalan
melintasi gang-gang persembunyian
kulafadkan angka-angka
pada sisi abjad yang tersembunyi
hanya di sana
Ø : sm
memaknai hasrat kesenjangan
dengan goresan tinta dari langit
terangkai serabut dalam sujud
pada keangkuhan jiwanya yang kalut
kusandarkan kepadamu atas segala
mengais sisa nikmat atasmu
terhimpun dalam samudra kekasih
pada setiap jejak kakiku melangkah
di antara ribuan jejak kaki lain
membuntuti beragam keinginan
membisikkan angan yang mengoyak rima
dalam belaian sujud
menuntunku pada ngina
mengantarkan pesan singkat
“hanya di sana aku ingin ada”
bhg_2i
Lahir di Lamongan, 17 Januari 1975. Menulis di banyak media. Penggagas antologi bersama, pelajar dan seniman Lamongan, bertajuk "Guratan Pelangi" (Teater Songo, 2005), "Rinai Sukma" (Teater Mata Es, 2005 ), dan antologi puisi "Karantina Rindu" (2020). Menghasilkan beberapa naskah drama yang sudah dipentaskan, di antaranya “Sketsa Ayah” dan “Karantina Rindu” (monolog); juga beberapa naskah film pendek, antara lain: “Mimpi Akaran Ilalang” (2019), “Selendang Merah Bantaran” (2020), dan “Kisi-Kisi Waktu” (2021). Lebih dari 20 tahun, sejak tahun 2000 hingga 2022, turut menggairahkan kegiatan sastra di SD, SMP, dan SMK. Kini tinggal di Desa Trosono RT 02 RW 01 Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan.
Leave a Reply