Jumbrek: Kuliner Unik Khas Lamongan

  • Mega Yohana
27 Juni 2025 - 16:04 WIB 0 Comments 123
Jumbrek Lamongan
Jumbrek khas Paciran Lamongan (Instagram.com/@ifamasbabah)

Ukuran Font
Kecil Besar

Jika ditanya apa makanan khas Lamongan yang terkenal, mungkin kebanyakan dari kita bakal menjawab soto lamongan. Ya, soto khas dari Lamongan memang sangat terkenal. Nggak heran, Lamongan disebut juga Kota Soto.

Saking terkenalnya, soto khas Lamongan bahkan menjadi menu berbagai rumah makan di berbagai daerah, nggak cuma di Lamongan, tapi juga di berbagai pelosok Indonesia.

Namun, mungkin sedikit di antara kita yang pernah mencicipi jumbrek.

Sejarah Jumbrek Lamongan

Jumbrek adalah kuliner tradisional khas Lamongan yang nggak hanya unik, tapi juga sarat sejarah. Bentuknya kerucut dililit dengan daun siwalan. Ya, daun yang sama yang oleh masyarakat Jawa Kuno digunakan untuk menulis kakawin dan berbagai kitab Jawa Kuno lainnya. Kalau daun siwalan yang sudah siap untuk ditulisi itu disebut lontar, daun siwalan yang digunakan untuk membungkus jumbrek adalah daun yang masih muda.

Jumbrek sangat menjamur di kecamatan Paciran, Lamongan. Hal ini karena di daerah Paciran tumbuh banyak pohon siwalan. Dari sinilah masyarakat mengolah siwalan menjadi jajanan. Jumbrek sendiri sudah ada sejak sekitar abad 15 hingga 16 Masehi. Dikatakan bahwa dulu jumbrek menjadi salah satu hidangan jamuan tamu-tamu penting yang datang ke Lamongan. Tak hanya itu, jumbrek juga turut bagian dalam acara adat lainnya seperti sedekah bumi dan sebagainya.[1]

Jumbrek memiliki tekstur kenyal dan rasa yang manis gurih dengan aroma khas daun siwalan. Rasa ini didapat dari adonan dasarnya yang terbuat dari tepung beras, santan, dan juruh yang terbuat dari legen atau sari siwalan. Saat musim nangka tiba, sering juga jumbrek ditambahkan potongan nangka di bagian atas sebagai variasi dan menambah aroma harum nangka yang khas.[2]

Asal Nama dan Ciri Khas Jumbrek Lamongan

Jumbrek memiliki bentuk lonjong kerucut dan dililit daun siwalan. Bentuknya yang mirip terompet inilah yang menginspirasi nama jumbrek.

Menariknya, jika kita menelusuri dalam kamus bahasa Jawa Kuno, kita dapat menemukan istilah tum dan hrik yang mungkin merupakan asal-usul nama jumbrek.

Dalam bahasa Jawa Kuno, tum adalah istilah yang mengacu pada makanan yang dibungkus daun dan dimasak dalam keranjang kukusan, sedangkan hrik atau rik adalah suara bernada tinggi dan melengking (menusuk) yang keluar dari terompet (atau bisa juga dari belalai gajah).

Nah, kalau kita tengok lagi kuliner jumbrek, kita bisa melihat korelasinya. Jumbrek dimasak dengan cara dikukus, dan bentuknya pun menyerupai terompet. Bisa jadi dulu kala kuliner ini disebut tumhrik yang lambat laun mengalami pergeseran dalam penyebutan menjadi tumbrek, dan akhirnya jumbrek. Namun, tentu saja ini masih bersifat dugaan Penulis. Untuk lebih pastinya, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam.

Jumbrek Lamongan sebagai Warisan Budaya

Bisa dibilang jumbrek dari Paciran, Lamongan, ini bukan hanya sekadar jajanan tradisional, tapi juga sarat akan sejarah dan warisan budaya. Bersama wingko babat, rujak Paciran, dan es siwalan, jumbrek turut mewarnai beragamnya kuliner khas di Lamongan.[3]

Memang, kalau baru pertama kali dengar nama jumbrek, kedengarannya agak aneh. Namanya seperti nggak begitu meyakinkan, ya? Tapi percayalah, makanan yang terbuat dari campuran tepung beras, santan, dan sirup gula siwalan ini sangat enak di lidah.[4]

[]

TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *