Unen-Unen: Cara Orang Jawa Menyampaikan Ajaran Melalui Ungkapan

  • Mega Yohana
23 Juli 2025 - 08:35 WIB 0 Comments 209
Ajaran Jawa
Ilustrasi ajaran Jawa. (Sumber: Dall-E)

Ukuran Font
Kecil Besar

Orang Jawa selalu memiliki cara unik dalam menyampaikan ajaran, misalnya melalui lagu maupun ungkapan. Ungkapan berisi pelajaran dalam tradisi Jawa kerap disebut unen-unen.

Menurut kamus Bausastra Jawa, unen-unen berasal dari kata uni yang secara harfiah berarti bunyi, kata, atau perkataan. Unen-unen adalah turunan dari kata uni yang artinya bebunyian, perkataan, atau ungkapan yang lazim digunakan. [1]

Dalam tradisi Jawa, unen-unen dimaksudkan sebagai ungkapan yang digunakan untuk memberikan pesan atau nasihat secara halus dan tidak langsung. Unen-unen yang mengandung hikmah atau filosofi hidup dapat dijadikan pedoman dalam bersikap di masyarakat. [2]

Ada banyak unen-unen yang berkembang di masyarakat Jawa. Misalnya alok melok yang secara harfiah berarti mengejek-mengikuti. Unen-unen alok melok ini sebenarnya merupakan singkatan dari kalimat “sing sapa alok bakal melok” yang artinya, “barang siapa mengejek bakal mengikuti”. Unen-unen ini menggambarkan sikap seseorang yang suka menilai sesuatu sesuka hati, tapi kemudian mengikuti atau melakukan juga apa yang semula dia olok-olok itu. [3]

Alok melok biasanya juga menunjukkan sikap seseorang yang suka ikut-ikutan tanpa tahu apa yang diikuti. Misalnya tren S-Line yang belakangan ramai di media sosial dan banyak diikuti orang-orang, tanpa menyadari bahwa maksud sebenarnya dari S-Line itu adalah aib dalam adat ketimuran khas Indonesia.

Sikap alok melok menurut tradisi Jawa adalah salah satu sikap yang sebaiknya dihindari. Sebagai gantinya, masyarakat Jawa memiliki unen-unen jejeg ajeg tatag teteg yang artinya teguh pendirian tidak mudah tergoyahkan. Sikap jejeg ajeg tatag teteg ini mengajarkan supaya kita memiliki prinsip dan kepribadian yang teguh, sehingga tidak gampang terbawa arus dan ikut-ikutan.

Unen-unen lain yang cukup populer di Jawa adalah kebat kliwat, dengan counter-nya yaitu alon kelakon. Secara harfiah, kebat kliwat berarti terburu-buru terlewat, sedangkan alon kelakon secara harfiah berarti pelan kesampaian. [4]

Unen-unen kebat kliwat sebenarnya ada versi panjangnya, yaitu kebat kliwat ngangsa marakake brahala. Artinya, sesuatu yang dilakukan terburu-buru bisa menyebabkan bencana atau masalah besar. Misalnya, terburu-buru mengambil keputusan, ternyata malah salah memutuskan. Atau ngebut saat berkendara di jalanan yang bisa bikin kecelakaan.

Nah, unen-unen kebat kliwat memberikan nasihat agar kita selalu berhati-hati dan teliti dalam setiap tindakan dan tidak terpengaruh oleh dorongan sesaat.

Kebalikan dari kebat kliwat adalah alon kelakon, atau biasanya ditulis secara lengkap, alon-alon watone kelakon. Artinya, pelan-pelan asal sampai pada tujuan. Unen-unen ini mengajarkan kepada kita supaya sabar, tidak tergesa-gesa, teliti, dan tekun dalam berusaha. Nggak masalah proses kita pelan, yang penting sampai pada tujuan. Bukan berarti malas, tapi lebih berhati-hati dan memastikan pentingnya proses yang matang dan hasil yang berkualitas.

Itulah beberapa contoh unen-unen, cara orang Jawa menyampaikan ajaran melalui ungkapan. Sebenarnya masih banyak unen-unen lain yang berkembang di masyarakat, seperti becik ketitik, ala ketara, bener ketenger. Ada pula ungkapan adigang, adigung, adiguna, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ungkapan-ungkapan ini terkesan sederhana, tapi memiliki makna yang dalam dan menjadi sarana dalam menyampaikan nasihat.

[]

TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *