Lengkap atau Rumit? Pertanggalan Jawa Kuno dalam Prasasti Kudadu

  • Mega Yohana
27 April 2025 - 07:54 WIB 0 Comments 390
gb39

Ukuran Font
Kecil Besar

Sobat Shafa, di artikel Ken Arok Sekolah? kita sudah membahas sedikit tentang kurikulum pendidikan di era Jawa Kuno, yang di antaranya adalah pelajaran tata bahasa, penanggalan, dan astronomi. Nah, pada artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang pertanggalan Jawa Kuno, khususnya yang termuat dalam Prasasti Kudadu.

Pertanggalan Jawa Kuno dalam Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu bertanggal 1216 Saka atau 1294 M berasal dari era Majapahit. Prasasti ini bisa dibilang merupakan contoh prasasti yang pertanggalannya paling lengkap. Pertanggalan di Prasasti Kudadu mencakup semua elemen kalender, termasuk tahun Saka, nama bulan, hari, serta elemen-elemen astronomi lainnya seperti naksatra, yoga, dan grahacāra. Ada juga penentu “jam” yang disebut muhūrta. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak kutipan isi Prasasti Kudadu berikut ini:

Selamat tahun Śaka yang telah berlalu, 1216, bulan Bhadrapāda, malam ke-5 paro gelap, hari Hariyang-Umanis-Śanaiścara, wuku Maḍangkungan, saat kedudukan Matahari di barat laut, kedudukan Bulan di tempat Rohiṇi, dewanya Prajāpati, Bumi berada pada mandala Mahendra, bujur matahari dan bulan pada yoga Siddhi, pada waktu Werajya Muhūrtta, parweśa-nya Yama, pada Taitila Karaṇa, rasi Kanyā. Ketika itulah turun perintah Śrī Mahāwīratameśwarānandita (tuan utama yang agung baginda raja luhur penguasa dunia) Parakramottunggadewa (pahlawan pemberani pemilik kemuliaan bagaikan dewa) …

Transkripsi Prasasti Kudadu (Sumber: Wikimedia Commons)

Tahun Saka 1216 sama dengan tahun 1294 Masehi. Bulan Bhadrapada adalah bulan ke-6 pada kalender Śaka, yaitu sekitar Agustus-September pada kalender Masehi, atau bulan kedua menurut penanggalan lokal Jawa Kuno.

Dalam sistem penanggalan Jawa Kuno, ada siklus 15 hari yang didasarkan pada pergerakan bulan. Siklus ini terdiri atas suklapaksa atau paro terang dan kresnapaksa atau paro gelap. Suklapaksa atau paro terang dihitung sejak bulan lahir sampai bulan purnama, sedangkan kresnapaksa atau paro gelap dihitung sejak bulan purnama sampai bulan mati. Sehingga, hari ke-5 paro gelap yang dimaksud dalam Prasasti Kudadu sama dengan hari ke-20 sejak bulan sabit pertama muncul.

Hariyang, Umanis, dan Sanaiscara menunjukkan nama-nama hari dalam sadwara (siklus 6 hari), pancawara (siklus 5 hari), dan saptawara (siklus 7 hari). Lalu ada juga wuku, yaitu siklus 7 hari yang hari pertamanya merupakan kombinasi saptawara, pancawara, dan sadwara. Sehingga, dalam pawukon terdapat total 210 hari yang terbagi menjadi 30 wuku.

Ada pula muhurta (pembagian jam) yang masing-masing memiliki nama. Misalnya kalau di Prasasti Kudadu disebutkan waktu werajya muhurta, yaitu pukul 15:36 – 16:24 waktu setempat. Selain itu, ada juga kedudukan bulan, kedudukan matahari, bujur matahari dan bulan, serta konstelasi bintang atau rasi. Di Prasasti Kudadu disebutkan rasi Kanya, alias konstelasi bintang Virgo.

Halaman
TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *