Puisi Sultan Musa

  • Sultan Musa
19 Mei 2025 - 04:14 WIB 0 Comments 91
Ilustrasi Puisi Sultan Musa. (Sumber: Dall-E)
Ilustrasi Puisi Sultan Musa. (Sumber: Dall-E)

Ukuran Font
Kecil Besar

Merayakan Cinta Senandung Kebajikan

di tengah deru waktu yang mencekik leher bumi

bersuluhlah cinta sedang merayu kehidupan

selaras cerita nasihat Mamak

menyapa serupa bisikan lembut

entah kapan persisnya

suara Mamak ada di mana-mana

‘cinta bukan sekadar kasih sayang,

namun menelisik lebih dalam

menghidupkan jiwa’

pun ketika dunia meretak

lewat cinta ada hati tersenyum

begitu pula kala beban menggelayut

lewat cinta ada doa tersirat

semua menyatu temukan maqamat

bermula dari cerita nasihat Mamak

aku jajaki senandung kebajikan

memeluk cinta tak pernah penat

bukan sekadar mengingat,

tapi menjaga bara agar tak menyerah

menemukan lentera makna

ketahuilah cinta meramunya

membisikkan ‘percayalah, kau mampu melangkah’

-2025


Haru Biru: Cinta

kata kita sama

serumpun terdalam seirama

namun, berbeda makna

sisi timur dengan jahriah

sisi barat dengan sirriyah

walau berbeda,

kata itu tetap tereja

CINTA

-2025


Pohon, Jiwa-Jiwa Kehidupan

suatu hari nanti, saat kau kembali

menjadi sebentuk pohon

lalu bercengkerama bersama burung

membahagiakan setiap hari

lalu, dengan perasaan senang

daunmu tetap menari

rantingmu selalu kuat

akarmu penuh kesederhanaan

merangkum kisah bersama angin

berjanjilah terus bertumbuh

dengan ragam cerita istimewa

…dan percayalah suatu hari

ada pelukan untukmu

meski kau telah jauh mengakar

-2025


Mistikus Kerinduan Pohon

lalu berganti hari,

kau pun masih menyimpan rahasia alam

berkelimpahan pertemuan antara

kerinduan Sang Pencipta

sampaikan dengan indah….

kerinduan yang tak pernah hilang

serindu ini kau dekap

…datang dan katakan

pada-Nya di sana, di sana!

-2025


Dan Aku Tetap Menulis Syair

aku menulis syair

bukan karena mencintai syair

tapi rintihan kebenaranlah membawaku

lewat syair hamba mengucapkan keyakinan

menggiring titah kebenaran

meluluhlantakkan ketidakadilan

dan aku pun di dalam batu kebijaksanaan

meski kadang terperangkap, menganga tak berkutik

dan syair melabuhkanku

dipapas sinar sunyi senyap

perlahan menerangi keikhlasan

dan dihadang ketulusan

..menghampar sejauh melempar syair

begitu adanya!

pada sudut berbeda… menyatu dan tinggal,

terjaga di penghujung sebuah titik

riuh oleh waktu yang menyatu

atau lekuk sesal yang tertinggal

dan aku tetap menulis syair

-2021

TOPIK:
  • Sultan Musa

    Berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar di berbagai platform media online dan media cetak, nasional maupun internasional. Karya-karyanya masuk dalam beberapa antologi bersama penyair nasional dan internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin - ITALIA (2024). Puisinya juga berhasil lolos kurasi dan dipamerkan pada event “Kalang Exhibition” digagas oleh Triaksara Pengairan – Malang (2025). Tercatat pula di buku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun Instagram : @sultanmusa97

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *