Sastra Jawa Kuno Sumanasantaka: Kematian karena Bunga Sumanasa

  • Mega Yohana
28 Oktober 2025 - 12:12 WIB 0 Comments 149
Ilustrasi Dyah Harini (Sumber: Dall-E)
Ilustrasi Dyah Harini (Sumber: Dall-E)

Ukuran Font
Kecil Besar

Pernahkah kamu mendengar atau membaca tentang Kakawin Sumanasāntaka?

Kakawin Sumanasāntaka adalah salah satu karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Monaguṇa pada abad ke-13 era Kerajaan Kadiri. [1] Kakawin ini merupakan sebuah puisi epik berbahasa Jawa Kuno yang menceritakan kisah cinta tragis antara Pangeran Aja dan Putri Indumati.

Kisah dalam Kakawin Sumanasāntaka diadaptasi dari mahākāvya Raghuvaṃśa karya Kālidāsa, seorang penyair terkenal abad ke-5 dari India. [2] Menariknya, Mpu Monaguṇa selaku penggubah syair ini tak hanya menerjemahkan cerita, tetapi juga memasukkan unsur-unsur budaya Jawa Kuno ke dalam kakawin. Kelihaiannya dalam mengolah sastra menjadikan Kakawin Sumanasāntaka tak hanya memiliki diksi yang indah, tapi juga sarat makna kehidupan.

Dikisahkan di awal kakawin bahwa sebelum terlahir sebagai manusia, Putri Indumati adalah seorang dewi di Swargaloka bernama Dyah Hariṇī. Dyah Hariṇī adalah dewi cantik jelita dengan tubuh molek dan sangat elok rupanya.

Suatu ketika, ada seorang pertapa di bumi bernama Bhagawān Tṛṇawindu. Dia sangat tekun bertapa hingga mengguncangkan Swargaloka. Dewa Indra yang cemas lantas mengutus Dyah Hariṇī untuk menggoda dan menggagalkan tapa brata sang begawan.

Malang bagi Dyah Hariṇī. Alih-alih tergoda, Bhagawān Tṛṇawindu justru murka karena merasa dilukai harga dirinya. Pada pupuh 7 bait 2 larik keempat, Bhagawān Tṛṇawindu berkata, “Lebih baik menderita hukuman karena berdosa daripada dikenal sebagai orang yang tergoda ketika bertapa!”

Usai berkata demikian, Bhagawān Tṛṇawindu mengutuk Dyah Hariṇī menjadi manusia supaya merasakan suka duka di alam manusia. Betapa hancurnya hati sang dewi mendengar kutukan sang begawan. Dyah Hariṇī meratap memohon diampuni, tetapi kutukan yang telah dilontarkan tidak bisa ditarik kembali.

Lukisan Bali yang menggambarkan kisah SUmanasantaka (Sumber: Wikimedia)

Setelah mendengar tangis dan ratapan Dyah Hariṇī, kemarahan Bhagawān Tṛṇawindu mereda dan berganti belas kasihan. Sang begawan lantas memberitahu sang dewi bagaimana kutukannya akan berakhir kelak. Dia menjelaskan bahwa sang dewi akan terlahir sebagai seorang putri dan menikah dengan Pangeran Aja, putra Raja Raghu.

Di pupuh 7 bait 23 larik keempat, Bhagawān Tṛṇawindu berkata, “Sĕkar sumanasāntakanta ya tikāmĕgatakĕna ri śāpa ni nghulun,” yang artinya, “Sekuntum bunga sumanasa akan menyebabkan kematianmu dan mengakhiri kutukanku.”

Judul Kakawin Sumanasāntaka secara harfiah berarti “kematian karena bunga sumanasa”. Kelak, ketika Putri Indumati meninggal karena bunga sumanasa, jiwanya akan bangkit kembali sebagai dewi dan kembali ke kahyangan. Dan setelah delapan tahun berlalu, Aja akan meninggal dan mereka akan hidup bersama lagi di surga. Akhirnya Dyah Hariṇī menganggap kutukan itu sebagai berkah dan  memberi hormat kepada sang begawan.

Kakawin Sumanasāntaka: Kajian Sebuah Puisi Epik Karya Sastra Jawa Kuno

Kakawin Sumanasāntaka memiliki lebih dari seribu seratus bait dan merupakan salah satu karya sastra Jawa Kuno yang terkenal dan dihormati. Di artikel ini, kita akan membahas tentang buku Kakawin Sumanasāntaka: Mati karena Bunga Sumanasa karya Mpu Monaguṇa – Kajian sebuah Puisi Epik Jawa Kuno oleh P. Worsley, S. Supomo, M. Fletcher, dan T.H. Hunter. Buku kajian ini berisi suntingan, terjemahan, dan komentar terhadap teks Kakawin Sumanasāntaka.

Tangkapan layar buku kajian Kakawin SUmanasantaka di aplikasi iPusnas.

Diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada tahun 2014, buku kajian Kakawin Sumanasāntaka ini merupakan salah satu sumber rujukan penting untuk memahami puisi epik Jawa Kuno tersebut.

Buku kajian Kakawin Sumanasāntaka terdiri dari lima bagian utama, yaitu pendahuluan, suntingan, terjemahan, komentar, dan lampiran. Di bagian pendahuluan, para penulis menjelaskan latar belakang Kakawin Sumanasāntaka seperti sumber, sejarah, tema, struktur, gaya bahasa, dan makna. Para penulis juga menjelaskan tujuan, metode, dan hasil kajian mereka. Di bagian suntingan, para penulis menyajikan teks Jawa Kuno Kakawin Sumanasāntaka yang disusun berdasarkan naskah-naskah yang berasal dari berbagai sumber dan periode. Para penulis juga memberikan variasi, koreksi, dan catatan kritis terhadap teks tersebut.

Di samping suntingan teks kakawin, para penulis juga menyajikan terjemahan bahasa Indonesia dari Kakawin Sumanasāntaka yang disesuaikan dengan konteks budaya dan sejarah Jawa Kuno. Para penulis juga memberikan catatan terjemahan yang menjelaskan pilihan kata, makna, dan referensi yang digunakan. Kemudian, pada bagian komentar, para penulis menyajikan analisis dan diskusi terkait berbagai aspek Kakawin Sumanasāntaka, seperti bentuk, isi, sumber, interpretasi, dan implikasi. Para penulis juga memberikan perbandingan dengan karya-karya lain yang sejenis atau terkait. Terakhir di bagian lampiran, para penulis menyertakan daftar kata, indeks nama, peta, dan bibliografi.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Kakawin Sumanasāntaka: Sebuah Kajian Karya Sastra Jawa Kuno

Buku kajian Kakawin Sumanasāntaka ini menyajikan teks Jawa Kuno yang akurat dan terperinci berdasarkan naskah-naskah yang berasal dari berbagai sumber dan periode. Buku ini juga memberikan terjemahan yang jelas dan mudah dipahami, dengan mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah Jawa Kuno. Buku ini juga dilengkapi dengan komentar yang informatif dan kritis, yang membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan teks, seperti makna, bentuk, gaya, sumber, dan interpretasi.

Sayangnya, buku kajian ini tidak memberikan perbandingan yang jelas antara Kakawin Sumanasāntaka dan Raghuvaṃśa yang notabene merupakan sumber utamanya. Selain itu, juga tidak ada ilustrasi atau gambar yang bisa memperkaya pemahaman pembaca terhadap isi kakawin.

Kesimpulan dan Rekomendasi Buku Kajian Kakawin Sumanasāntaka

Secara keseluruhan, buku Kakawin Sumanasāntaka: Mati karena Bunga Sumanasa karya Mpu Monaguna – Kajian sebuah Puisi Epik Jawa Kuno oleh P. Worsley, dkk. adalah sebuah kajian sastra yang pepak dan berkualitas, yang memberikan suntingan teks asli berbahasa Jawa Kuno, terjemahan, dan komentar yang informatif. Buku ini sangat direkomendasikan untuk siapa saja yang ingin mempelajari sejarah dan karya sastra Jawa Kuno baik itu para peneliti, mahasiswa, atau siapa saja yang tertarik untuk membaca, sebagai bahan penelitian ataupun sekadar bacaan. Buku ini juga bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca untuk mengapresiasi dan melestarikan warisan sastra Jawa Kuno yang kaya dan indah. Dan untuk para penulis fiksi sejarah, khususnya, mungkin bisa menjadikan buku ini sebagai referensi dalam menulis cerita fiksi berlatar Jawa Kuno.

Di Mana Bisa Membaca Buku Kajian Kakawin Sumanasāntaka?

Buku Kakawin Sumanasāntaka: Mati karena Bunga Sumanasa karya Mpu Monaguna – Kajian sebuah Puisi Epik Jawa Kuno oleh P. Worsley, dkk. bisa dipinjam-baca di aplikasi iPusnas, aplikasi perpustakaan nasional yang menyajikan berbagai macam buku berkualitas secara gratis dan legal.

[]

TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. Pernah menjadi tutor ekstrakurikuler Jurnalistik, menerbitkan beberapa novel dan antologi, serta menjadi editor beberapa buku terbit. Kini seorang ibu rumah tangga dengan satu anak, sambil bekerja freelance di sana sini. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *