Semula, saya tidak kepikiran untuk membaca buku anak-anak ini. Maklum saja, saya memang jarang sekali atau bahkan enggak pernah baca buku anak-anak dalam dua tahun ini. Namun, hal ini berubah saat saya mengendarai motor menuju ke pasar untuk membeli rempah-rempah (bumbu dapur) yang akan saya pakai dalam kelas profesi di sekolah si sulung. Saya memang bermaksud mengenalkan rempah-rempah kepada anak-anak sekolah.
Aslinya, tidak ada persiapan khusus sewaktu akan mengisi kelas profesi Minggu lalu. Entah mengapa, tiba-tiba saya teringat pada sebuah buku rempah-rempah milik seorang teman di komunitas heritage saat saya mengunjungi perpustakaan pribadinya. Saya lalu menghubunginya bermaksud meminjam sebuah buku. Tak disangka, Bu Vita (namanya) menyiapkan beberapa buku untuk saya bawa. Tentu saja, saya tak menolaknya.
Dari 4 buku yang saya bawa, ada satu buku yang menarik perhatian saya, Ensiklopedia Dari Bumi Nusantara Ke Piring Kita. Mungkin karena ilustrasi-ilustrasinya menarik sehingga saya kepincut. Saya pun membacanya. Sebagai buku yang ditujukan untuk kalangan anak-anak, tentu saja, bahasanya tidak njelimet alias mudah dipahami. Saya terkejut juga ketika membacanya. Ternyata ada beberapa tanaman atau tumbuhan di nusantara yang baru saya tahu keberadaannya.
Sesuai judulnya, buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai sejumlah tanaman rempah yang ada di nusantara. Mulai dari yang terkenal seperti pala, cengkeh, dan lada hingga tanaman-tanaman yang kurang familiar di luar tanaman ini tumbuh yaitu andaliman(Sumatera), gude (Bali), tigarun (Kalimantan), dan waromo atau kelapa hutan (Papua).
Indonesia, yang dikenal juga dengan nama nusantara memiliki beragam flora. Tentu saja, tak semua jenis tanaman ini dikenal masyarakat. Dalam buku ini setidaknya dibahas 66 macam tanaman mulai dari Sumatra hingga Papua. Berbagai jenis tanaman inipula pada akhirnya dimanfaatkan untuk menjadi pangan lokal meski tentu saja tak semua tanaman yang tumbuh di nusantara bisa diolah menjadi makanan.
Di Sumatra sendiri misalnya terdapat kabau yang merupakan tanaman liar di Sumatra bagian selatan yang terkenal dengan bijinya yang berbau tajam seperti jengkol. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai penambah aroma dalam masakan. Kabau juga bisa digunakan untuk membuat sambal kabau teri. Selain kabau yang tak banyak dikenal, ada juga andaliman, tanaman endemik di Sumatra Utara.
Tak hanya Sumatra saja, buku ini juga membahas tanaman lokal pangan yang ada di Jawa-Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggaara, Maluku, dan Papua. Dari Jawa-Bali, ada gude dan anggur laut. Gude sendiri termasuk jenis polong-polongan dan bisa dijadikan bahan baku pembuatan tempe. Sementara anggur laut, dinamakan demikian karena bentuknya yang menyerupai anggur memiliki rasa renyah dan bisa dimakan mentah sebagai sayuran. Kuliner yang memakai dua bahan pangan ini adalah jukut undis dan rujak bulung kuah pindang.
Di Kalimantan, tumbuhan pangan nusantara yang kurang dikenal ada kesum yang aromanya mirip kecombrang, terung dayak, ihau (mata kucing), padi ketan, tigarun, dam pakis merah atau lemiding. Aneka tumbuhan ini bisa diolah menjadi bubbor padas (kesun), juhu rimbang (terung dayak), dan jaruk kembang tigarun.
Sementara itu, orang-orang Sulawesi juga turut memanfaatkan tumbuhan pangan lokal untuk dibuat tinutuan yang terbuat dari gedi (mirip papaya jepang), cabai katokkon, pantolo pamarassan dari kepayang (kluwek), dan es brenebon yang menggunakan kacang jogo. Dari Nusa Tenggara, paling terkenal yaitu sorgum yang bisa dijadikan alternatif pengganti nasi karena kandungan serat dan protein yang lebih tinggi. Selain itu, ada juga sipa, tanaman endemik di Pulai Timor, kesambi, dan kacang komak.
Dua wilayah paling ujung Timur, Maluku dan Papua juga turut menyimpan sejumlah tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan oleh masyarakat setempat. Semisal di Maluku, selain pala dan cengkeh yang kesohor itu, adapula gandaria yang dipakai untuk minuman jus dan tanaman jawawut yang diolah menjadi kudapan manis, waji hotong.
Di Papua, tak hanya buah merah dan matoa saja yang menajdi kekayaan flora daerah tersebut. Ada waromo (kelapa hutan) yang mirip nangka atau durian dan nipah dari keluarga palem yang bisa diambil niranya untuk diolah menjadi gula. Jangan lupakan juga tradisi bakar batu di wilayah ini yang termasuk kearifan lokal serta kuliner papeda.
Buku yang ditujukan bagi anak-anak berusia di atas 9 tahun ini juga membahas mengenai tumbuhan-tumbuhan lain yang bermanfaat bagi manusia seperti palem-paleman, pisang-pisangan, tanaman rimpang, dan tumbuhan dari keluarga rumpu-rumputan (bambu dan terubuk atau tebu telur) beserta pemanfaatannya.
Jujur, suka banget dengan buku ini. Dengan bahasa yang mudah dicerna, buku ini bisa dibaca ibu-ibu untuk pengenalan rempah-rempah kepada anak-anak. Ditambah lagi ilustrasinya yang penuh warna. Bagi saya pribadi, sebenarnya buku ini juga cocok dibaca orang dewasa apalagi materi yang dimuat memang benar-benar menambah pengetahuan tentang rempah-rempah yang kurang dikenal atau jenis tanaman pangan lainnya. Intinya, rekomendasi banget untuk baca ini.
Keterangan Buku
Judul : Ensiklopedia Dari Bumi Nusantara Ke Piring Kita
Penulis : Maria Stephanie
Penerbit : Guru Bumi
Tahun terbit : 2025 (cetakan kedua)
Tebal : 64 halaman
ISBN : 978-623-10-4657-4
Penulis kelahiran pesisir utara Lamongan, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (jurnalistik) yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, budaya, dan film. Anggota komunitas literasi serta telah menghasilkan sejumlah antologi. Penulis dapat dihubungi melalui email: dewisartika.naura@gmail.com
Leave a Reply