Resensi Buku 700 Tahun Majapahit: Suatu Bunga Rampai’ Karya Sartono Kartodirdjo dkk.

  • Mega Yohana
28 Oktober 2025 - 16:39 WIB 0 Comments 43
Buku '700 Tahun Majapahit: Suatu Bunga Rampai' (Sumber: dokpri/Mega)
Buku '700 Tahun Majapahit: Suatu Bunga Rampai' (Sumber: dokpri/Mega)

Ukuran Font
Kecil Besar

700 Tahun Majapahit: Suatu Bunga Rampai merupakan kumpulan tulisan yang disusun oleh Prof. DR. Sartono Kartodirdjo bersama rekan-rekannya dalam rangka memperingati Hari Jadi Majapahit pada 1993. Buku ini memuat 15 esai yang masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari Kerajaan Majapahit. Setiap esai dalam buku ini ditulis oleh pakar di bidangnya, menjadikan buku ini sebuah karya kolaboratif yang penuh informasi dan wawasan sejarah.

Mengawali kumpulan tulisan ini, kita disuguhi artikel berjudul Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa: Sebuah Konsep yang Dirumuskan di Zaman Majapahit. Judul esai ini dipetik dari kalimat yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular. Di sini, penulis artikel memfokuskan pembahasan pada arti ungkapan kalimat tersebut yang menjadi semboyan negara Indonesia.

Artikel-artikel selanjutnya ada yang khusus membahas kondisi geografis keraton Majapahit, masyarakat dan sistem politik Majapahit, agama dan kepercayaan, pertanian, perdagangan dan industri, kesusastraan, hingga perpajakan pada masa itu.

Majapahit sendiri dikenal sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai kerajaan di Asia Tenggara dan sekitarnya. Para penulis bunga rampai 700 Tahun Majapahit melalui esai-esai mereka menjelaskan bagaimana Majapahit memanfaatkan lokasi strategisnya untuk mengembangkan jaringan perdagangan yang luas serta membawa kemakmuran bagi kerajaan dan rakyatnya.

Membaca kumpulan esai dalam bunga rampai 700 Tahun Majapahit, kita bisa membayangkan bagaimana kebudayaan Majapahit tidak hanya mencerminkan kejayaan masa lalu, tetapi juga memberikan warisan budaya yang berharga bagi generasi berikutnya. Dan meskipun telah lama runtuh, pengaruh Majapahit masih hidup dalam identitas nasional Indonesia. Salah satunya melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dikutip dari Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh pujangga Majapahit.

Meskipun ditulis oleh banyak penulis, secara umum gaya penulisan bunga rampai 700 Tahun Majapahit cukup jelas dan lugas, sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan, dari akademisi hingga pembaca awam yang tertarik pada sejarah.

Namun, ada sedikit ketidakseragaman dalam cara penyampaian. Beberapa esai mungkin lebih menarik dan informatif daripada yang lain, dan beberapa mungkin terasa kaku, tergantung pada penulisnya.

Selain itu pada beberapa bagian ada pengulangan informasi. Hal ini terjadi ketika penulis yang berbeda membahas topik yang serupa tapi dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Kekurangan lainnya, buku ini berukuran besar dan BERAT dalam arti harfiah. Dimensinya sekitar 21 x 34 cm² dengan 344 halaman yang dicetak menggunakan kertas tebal mengilap dan ilustrasi berwarna. Sehingga, buku ini agak kurang cocok untuk dibawa-bawa bepergian. Lebih cocok sebagai bacaan di rumah saja.

Terlepas dari kekurangannya, bunga rampai 700 Tahun Majapahit adalah sebuah karya yang mengesankan dan penting dalam literatur sejarah Indonesia. Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang tertarik dengan sejarah dan budaya Indonesia, terutama sejarah Kerajaan Majapahit.

[]

TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. Pernah menjadi tutor ekstrakurikuler Jurnalistik, menerbitkan beberapa novel dan antologi, serta menjadi editor beberapa buku terbit. Kini seorang ibu rumah tangga dengan satu anak, sambil bekerja freelance di sana sini. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *