Puisi Diana Rustam

  • Diana Rustam
20 April 2025 - 00:01 WIB 0 Comments 246
Ilustrasi Puisi Diana Rustam. (Sumber: Dall-E)
Ilustrasi Puisi Diana Rustam. (Sumber: Dall-E)

Ukuran Font
Kecil Besar

Pulang kepada Kenang

Pulang kepada kenang

Ibu menyalakan kayu di tungku

Pulang kepada kenang

Bapak menyalakan lampu petromaks

Pulang kepada kenang

Menonton televisi hitam-putih

dari jendela rumah tetangga

Pulang kepada kenang

Mengayuh sepeda kumbang seperti milik guru Oemar Bakri

Pulang kepada kenang

Mengunyah singkong rebus, kacang rebus, dan mencuri seruput kopi tubruk Bapak

Pulang kepada kenang yang bikin senang

Ngaso sebentar dari carut-marut

silang kusut pikiran setengah tuaku.

Makassar, 28 Februari 2025

*Oemar Bakri tokoh dalam lagu Iwan Fals berjudul “Guru Oemar Bakri” (1981)


Ua Matao

Ua Matao, kusebut namanya di sini

Bukan nama sebetulnya

Ia laki-laki yang sepanjang hidup berdukalara dengan daun-daun nipa

Laki-laki penjahit atap

Yang dinding rumahnya koyak

Atap rumahnya bolong-bolong

Alangkah menggelikan, seperti penatu yang bajunya berdebu

Seperti darji yang bajunya carik

Seperti pengrajin sandal yang telanjang kaki

Ua Matao terus berdenyut, “Habis atap jadi beras. Biar panas biar hujan, asal perut tenteram.“

Makassar, 28 Februari 2025


Tamasya

Hari minggu yang libur

aku pergi tamasya ke tubuh puisi

untuk menyembuhkan penat

hidup yang dikejar dan mengejar

Hatiku merasa damai

Laksana menyaksikan ombak di pantai

dan menikmati sapuan angin yang merambati kulit

Laksana mendengar seruan camar ketika senja memijar

Puisi menjamuku dengan secawan kata-kata

yang menuntaskan dahaga

puisi memberiku tamasya yang asyik

sebab tak menagih uang tiket dan parkir

Hari minggu yang libur

aku tamasya ke tubuh puisi

yang cuma-cuma dan menenangkan

Makassar, 12 April 2025


Kutemui Engkau di Sebuah Halaman Buku

Kutemui engkau di sebuah halaman buku

Pada alamat yang abadi “Peringatan” ataupun “Bunga dan Tembok”

Di sana engkau sedang menyeru

Aku datang kepadamu bagaikan lebah kepada bunga

Ingin kupetik sari pati itu dan menitiskannya menjadi kata-kata

Kata-kata yang mengandung dirimu dan juga aku :

Kita yang kerdil dan tak didengar

Kita ini memang bisik

Tetapi bisik yang tahu

Ke mana angin harus berlalu

Makassar, 12 April 2025

  • “Peringatan” dan “Bunga dan Tembok” puisi-puisi karya Wiji Thukul.

Senandung Hujan

/Hujan di Ibu Kota

Hujan lebat di ibu kota

Air menelan jalan

Menenggelamkan rumah-rumah

Di hotel Raja mengungsi

Jelata bernaung di rumah ibadah

/Hujan di Desa

Turun di sawah sepanjang bulan

Padi menggigil

Walang sangit dan wereng pesta pora

Petani memandang jauh hamparan

Menanam doa di dadanya

/Hujan di Rumahku

Ting ting ting

Bukan bunyi hujan di atas genting

Itu bunyi hujan di dalam panci

Jatuh dari langit menerobos atap rumahku

Cendawan merayap di plafon

Semut-semut berbaris di dinding

Aku dan ampas kopi dihajar dingin

 

/Hujan di Mata Ibu

Asin

Laut yang mati

Sepanjang usia menampung letih

“Kita ini pengembara, yang suatu hari akan pulang.”

Makassar, Februari 2025

TOPIK:
  • Diana Rustam

    Lahir di Kolonodale, Sulawesi Tengah. Saat ini tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan. Beberapa puisi dan cerita pendeknya telah dimuat di berbagai media, baik lokal maupun nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *