Alienasi
setelah tuhan kita bunuh,
di sini, kebenaran makin rapuh
sedang proyeksi ketenangan dalam diri
nyaris jadi teralienasi.
Yogyakarta, 2024
Demikianlah
demikianlah,
tak ada nelayan
di pulau ini,
ketika sejumlah kabut
yang mengendap, perlahan
meluapkan air mata kesedihan.
apa yang berharga
di pulau yang amis
dengan kenangan ini,
selain sisa sampan
juga sejumlah harapan
yang masih bertahan
dalam kerinduan?
hari-hari berlari,
kecuali kemiskinan
yang mengekal
di antara besi kapal.
demikianlah,
setelah ketenangan runtuh,
kita pun hanya sanggup meraba
kecemasan yang berserakan dalam dada.
Batuputih, 2025
Jalan yang Lain
semua jalanku,
adalah jalan menujumu,
meski jarak yang membentang
setiap celahnya, digenangi gerimis,
juga dipenuhi serakan bayang-bayang.
semoga jalanku,
adalah jalan yang benar,
karena kurasa, cinta dalam diriku
telanjur beku.
menujumu,
adalah menuju kiblat kegelisahan;
ketika penyair sepertiku kerap diintai kerinduan.
Batuputih, 2025
Lagu Kehilangan
akan tiba saatnya,
kita kembali
memungut kenangan
di antara detik
yang gugur dari kenyataan.
setiap masa lalu
menyimpan kesedihan
meski tidak selalu.
maka, mesti ada yang kita tinggalkan
juga meninggalkan kita,
entah kapan tiba saatnya,
siapa pun tidak akan bisa menerkanya;
termasuk juga kau
yang kini asing dari mataku.
Yogyakarta, 2025
Pulang ke Pulau
pulau menunggu,
di antara karang terumbu.
dan cemara yang kerap melambai itu
kini sudah mulai abai di hadapan mataku.
dalam asin perjalananku
pulang adalah penawar rindu
ketika masa lalu kembali berderu
juga angin yang amis kembali kuhidu.
sebelum senja raib
kulihat kecemasan yang bertumpukan
di dada nelayan; ditumpulkan
dengan bermacam doa dan harapan.
kemudian perahu berangkat
dengan dingin melekat.
tapi jimat yang terbuat dari nyali
dapat redakan kesumat
yang berdebur tanpa henti.
pulanglah ke pulau, anakku
sebelum pagar-pagar besi
menjadi jeruji kesedihan
di hati para nelayan.
keluh bapakku,
ketika menyaksikan
sejumlah ikan lari ketakutan
karena ada semacam bau racun kerakusan.
Yogyakarta, 2024
Lahir di Sumenep, 17 Mei. Alumnus Pondok Pesantren Nurul Muchlishin, Pakondang, Rubaru, Sumenep. Sekarang tercatat sebagai mahasiswa Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menulis puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Tulisannya tersebar di berbagai media, baik lokal maupun nasional. Pernah menjuarai lomba cipta puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung (2021). Saat ini bermukim di Yogyakarta.
Leave a Reply