Sama seperti di daerah-daerah lainnya, seminggu setelah Lebaran, mertua saya di Malang selalu membuat ketupat atau lontong. Nantinya, lontong ini akan dimakan dengan kuah dari santan yang telah dicampur tahu, tempe serta kentang.
Jangan ditanya bagaimana rasa masakan mertua saya, yang jelas masakannya tak pernah gagal alias enak. Hal ini pula yang membuat suami rela menempuh perjalanan hampir satu jam untuk mengambil masakan mertua untuk dinikmati di rumah kami di kota.
Berbicara mengenai lontong atau ketupat yang dimakan dengan kuah santan, saya pun teringat kenangan sewaktu masih tinggal di desa. Sedayulawas merupakan sebuah desa yang masuk dalam Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Letaknya di pesisir utara Laut Jawa. Desa ini juga dilalui Jalan Daendels yang bermula di Anyer lalu berakhir di Panarukan.
Selain Jalan Daendels, Sedayulawas juga menyimpan sejarah panjang terkait statusnya yang pernah menyandang sebagai jalur perdagangan dan proses islamisasi di pesisir utara Pantai Jawa.
Kembali ke tradisi seminggu usai Idul Fitri, masyarakat desa ini juga mempunyai kebiasaan yang terbilang unik. Saya masih ingat betul, bagaimana warga Sedayulawas akan berbondong-bondong pergi ke Gunung Menjuluk yang letaknya berada di bagian selatan desa ini.
Sebenarnya, gunung ini bukanlah gunung, tetapi lebih tepatnya sebuah bukit. Hanya saja, orang-orang desa lebih suka menyebutnya Gunung Menjuluk.
Seminggu sesudah Lebaran, orang-orang akan mendatangi tempat ini untuk merayakan Kupatan. Mereka datang bukan dengan tangan kosong, melainkan membawa ketupat beserta kuah yang terbuat dari santan serta lepet.
Saya tidak tahu pasti nama kuah ini, tetapi dari bentuknya mirip dengan lodeh. Hanya saja tidak ada sayurnya. Kuah ini berisi tempe atau tahu dan ikan pindang.
Berbeda lagi dengan kuah yang saya temui di Malang, untuk menyajikan ketupat yang disiram dengan kuah santan ini, harus dilengkapi dengan urap dan sambal berbentuk serbuk. Saya menyebutnya lebih mirip lodho yang biasanya dijual di Sedayulawas. Lodho Sedayulawas ini tentu saja beda dengan lodho khas Tulunggagung. Sementara lepet yang menjadi pelengkap Kupatan terbuat dari ketan putih yang dibungkus daun kelapa, sama dengan yang di Malang.
Makanan-makanan ini tentu saja tak luput dibawa masyarakat Sedayulawas yang merayakan Kupatan di Gunung Menjuluk. Mereka mendaki untuk kemudian menyantap makanan tersebut bersama anggota keluarga ataupun teman-teman. Menikmati ketupat sembari duduk beralaskan tikar dan menikmati pemandangan sekitar. Usai makan, mereka lalu turun dari gunung.
Jangan ditanya, bagaimana lalu-lalang kendaraan atau orang berjalan kaki di desa ini. Saya pernah balik ke rumah alias gagal mencapai Gunung Menjuluk karena terlalu ramai.
Merayakan Kupatan di Gunung Menjuluk sendiri sudah menjadi tradisi turun-temurun yang telah lama dilakukan masyarakan Sedayulawas. Saya tidak tahu pasti, kapan tradisi ini dimulai. Hanya saja, saat masih kecil, orang-orang senantiasa pergi ke Gunung Menjuluk setiap tanggal 7 Syawal.
Mengenai Gunung Menjuluk, saya kembali teringat akan kisah yang pernah dituturkan seorang teman ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Teman saya ini dengan sangat meyakinkan bercerita bahwa dahulu, Gunung Menjuluk merupakan gunung tertinggi di dunia. Hingga suatu saat, seekor monyet hendak menggapai bulan di atas puncak gunung. Lalu, meletuslah gunung tersebut sehingga menjadi seperti sekarang.
Saya terdiam mendengar kisahnya dan memercayainya untuk beberapa tahun.
Kini, tradisi Kupatan di Gunung Menjuluk tak sekadar makan-makan ketupat saja. Pemerintah desa setempat juga membangun sebuah kebun melon untuk dijadikan agrowisata. Di sini, para pengunjung bisa membeli melon dengan memetik sendiri di kebun untuk meramaikan momen istimewa ini.
Penulis kelahiran pesisir utara Lamongan, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (jurnalistik) yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, budaya, dan film. Anggota komunitas literasi serta telah menghasilkan sejumlah antologi. Penulis dapat dihubungi melalui email: dewisartika.naura@gmail.com
Leave a Reply