Jakarta – Sejarah pemikiran Islam mengalami transformasi signifikan yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari luar tradisi agama Islam, khususnya filsafat Yunani. Proyek ini pertama kali dirintis oleh Bani Abbasiyyah dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah al-Harun Ar-Rasyid dan al-Makmun.
Al-Kindi diakui sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh dan dianggap sebagai tokoh filosof pertama dalam dunia Islam. Al-Kindi memainkan peran penting dalam memperkenalkan filsafat ke dalam dunia Islam, dengan berfokus pada aspek-aspek seperti hubungan antara Agama dan Filsafat, filsafat ketuhanan, filsafat jiwa, akal dan ruh, serta konsep ketakterhingaan.
Riwayat Hidup Al-Kindi
Menukil buku Al-Kindi Wa Falsafatuhu oleh Abd al-Hadi Abu Ridah, Al-Kindi merupakan nama populernya, adapun nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Ibn al-Shabbah Ibn ‘Imran Ibn Muhammad Ibn al-Asy’an Ibn Qais al-Kindi. Kindah pada nama al-Kindi dinisbahkan, merupakan suatu kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah, pada masa khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah sekitar tahun 185 H dari keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq Ibn al-Shabbah adalah Gubernur Kufah pada masa pemerintahan al-Mahdi dan al-Rasyid.
Menukil buku Fisafat Islam Telaah Tokoh dan Pemikirannya karya Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.Ag., kakeknya al-Asy’ats Ibn Qais memeluk Islam dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi. Sang kakek gugur sebagai shuhada bersama Sa’ad Ibn Abi Waqqas dalam peperangan kaum muslimin dengan Persia di Irak.
Di masa kecilnya, sebagaimana anak-anak Muslim lain, al-Kindi belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu fiqih dan disiplin ilmu baru yang disebut kalam.
Setelah dewasa al-Kindi nampaknya tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsafat yang kepada keduanya ia mengabdikan seluruh sisa hidupnya, terutama setelah ia pindah ke Baghdad. Di sana ia mulai mengadakan hubungan yang ekstensif dengan sarjana-sarjana non-Muslim yang semasa dengannya, bahkan tanpa segan ia mendanai usaha penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab.
Dengan penguasaannya yang memadai terhadap dua bahasa, Yunani dan Siria, al-Kindi tidak terlalu banyak mengalami kesulitan dalam memperoleh pengetahuan yang luas tentang ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Apalagi saat itu telah banyak karya-karya filsuf Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Siria, yang darinya al-Kindi menerjemahkan ke dalam bahasa Arabdan setidaknya memperbaiki beberapa terjemahan bahasa Arab.
Al-Kindi tidak hanya dikenal sebagai filsuf, tetapi juga sebagai ilmuwan yang menguasai ilmu pengetahuan metematika, geometri, astronomi, farmakologi, ilmu hitung, ilmu jiwa, optika, politik, musik dan sebagainya. Di samping itu ia pun dikenal sebagai pengarang yang produktif dan penulis yan ensiklopedis dalam falsafat dan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi jumlah karangan al-Kindi tidak dapat diketahui dengan pasti karena sebagian besar karyanya telah hilang. Ibn al-Nadim memperkirakan jumlah karangan al-Kindi tidak kurang dari 242 buah (kebanyakan berupa surat-surat pendek) dan terbagi menjadi 13 kelompok, yaitu falsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, meteorologi, dimensi, benda-benda pertama, spesies logam tertentu, kimia, dan lain-lain.
Baca juga:
Sosok Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Muslim Modern
Pemikiran Filsafat Al-Kindi
Hubungan antara falsafat dan agama nerupakan suatu masalah yang ramai diperdebatkan sejak zaman al-Kindi. Para ahli agama pada umumnya menolak keabsahan falsafat karena di antara produk pemikiran filosofis jelas ada yang menunjukkan pertentangan dengan ajaran agama Islam.
Al-Kindi telah mengangkat dirinya sebagai pembela filsafat terhadap serangan yang datang dari berbagai pihak yang tidak setuju. Baginya, agama dan falsafat tidaklah harus dibertentangkan karena keduanya sama-sama membawa kebenaran yang serupa.
Menurut al-Kindi, falsafat adalah ilmu tentang hakikat segala sesuatu yang dipelajari orang menurut kadar kemampuannya. Justru karena itu, filsafat adalah ilmu yang paling tinggi martabatnya dibandingkan dengan pelbagai ilmu lain yang hanya berminat pada membahas fenomena dan sifat-sifat lahiriah dari suatu sasaran kajian.
bagian yang paling penting dan paling tinggi martabatnya adalah ilmu ketuhanan (al-Rububiyah) yang disebut al-Kindi sebagai al-falsafat al-Ula (Falsafat Pertama). Sebabnya ialah karena falsafat pertama atau metafisika adalah ilmu yang membahas tentang Realitas Pertama yang merupakan sebab bagi segala realitas.
Dari itu, al-Kindi menegaskan bahwa mempelajari falsafat pertama ini akan membuat seseorang semakin sempurna, karena pengetahuan seseorang tentang sebab jauh lebih mulia daripada pengetahuannya tentang akibat. Demikianlah pendirian al-Kindi tentang arti dan maksud falsafat, khususnya tentang falsafat pertama.
Oleh karena itu, antara falsafat dan agama tidak mungkin timbul pertentangan, sebab masing-masing keduanya mengandung dalam dirinya kebenaran yang meyakinkan. Pada kebenaran itulah agama dan falsafat bertitik temu. Ajaran agama dapat dipahami oleh akal, sedangkan kebenaran yang diperoleh akal ialah selaras dengan kebenaran yang di bawa agama.
Sumber: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7240246/mengenal-al-kindi-filsuf-pertama-dalam-dunia-islam.