Mengenal Catur Sembah dalam Serat Wedhatama

  • Mega Yohana
27 Mei 2025 - 13:12 WIB 0 Comments 118
Sastra Jawa
Ilustrasi Raja Jawa Membaca Kitab Sastra [Sumber: Dall-E]

Ukuran Font
Kecil Besar

Sobat Shafa, Serat Wedhatama adalah kitab berbahasa Jawa yang memuat ajaran pengetahuan utama. Kitab ini disusun oleh KGPAA Mangkunagara IV pada abad ke-18. [1]

Meskipun tipis, isi Serat Wedhatama cukup padat dan lengkap serta memiliki jangkauan luas. Dengan susunan kalimat yang menarik, kata-kata dalam Serat Wedhatama pun memiliki makna yang dalam. Nggak heran, Serat Wedhatama dianggap sebagai salah satu karya sastra Jawa yang paling penting, dan sering disebut sebagai “Gitanjali Jawa”. [2]

Nah,di artikel ini kita akan membahas konsep catur sembah yang terdapat dalam Serat Wedhatama. [3]

Ajaran catur sembah menjelaskan tentang tahapan-tahapan pencapaian spiritual. Di sini diajarkan bahwa untuk menggapai tujuan hidup, manusia belajar melalui catur sembah. Catur sembah yaitu empat macam sembah yang harus dilakukan sesuai tahapan-tahapannya, hingga mencapai penyatuan. Dikatakan bahwa apabila seseorang mencapai tingkat terdekatnya dengan Tuhan, niscaya ia memperoleh anugerah dari Tuhan.

Pupuh Gambuh Serat Wedhatama memberikan petunjuk bagaimana manusia sampai kepada realitas tertinggi tersebut. Yaitu, melalui catur sembah yang terdiri dari sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa. Secara lengkap, begini isi baitnya:

Samengko ingsun tutur / Sembah catur supaya lumuntur / Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, Kaki / Ing kono lamun tinemu / Tandha nugrahaning Manon //

Artinya: Maka saya sampaikan empat jenis sembah untuk diwariskan turun-temurun. Yang pertama sembah raga, lalu sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa, Nak. Bila tercapai, di situlah tanda anugerah Yang Maha Melihat.

Sembah raga punika / Pakartine wong amagang laku / Susucine asarana saking warih / Kang wus lumrah lintang wektu / Wantu wataking weweton //

Artinya: Sembah raga itu pengamalannya seperti orang yang baru melangkah. Bersucinya dengan air, yang biasanya dilaksanakan lima waktu, dan aturannya sudah ditentukan.

Nah, di sini bisa kita ketahui bahwa yang dimaksud adalah shalat lima waktu yang diawali dengan wudhu. Dan sebenarnya bait ini nggak harus dimaknai sesuai ajaran Islam, karena dalam ajaran agama lain pun air dianggap suci dan mensucikan. Inti sembah raga adalah bagaimana menyembah Tuhan YME secara fisik, misalnya mengikuti Kebaktian di Gereja, melakukan sembahyang puja di Pura, dan lain sebagainya.

Selain itu, sembah raga juga mengajarkan untuk menjaga kesehatan tubuh, seperti disampaikan bait berikut:

Wong seger badanipun / Otot daging kulit balung sungsum / Tumrah ing rah memarah antenging ati / Antenging ati nunungku / Angruwat ruweding batos //

Artinya: Orang yang bugar jasmaninya, baik otot, daging, kulit, maupun tulang sumsumnya, memengaruhi darah dan menenangkan hati. Ketenangan hati akan melenyapkan pikiran yang kisruh atau ruwet.

Selanjutnya adalah sembah cipta, yaitu melatih diri mengurangi nafsu amarah supaya dapat menjadi manusia yang arif bijaksana. Begini bunyi baitnya:

Samengko sembah kalbu / Yen lumintu uga dadi laku / Laku agung kang kagungan Narapati / Patitis tetesing kawruh / Meruhi marang kang momong //

Artinya: sekarang sembah kalbu atau sembah cipta. Jika diikuti secara terus-menerus dapat menjadi laku, seperti laku agung sang raja, yang bila dikuasai dengan tepat akan dapat mengetahui yang mengasuh diri.

Sucine tanpa banyu / Mung nyunyuda mring hardaning kalbu / Pambukane tata titi ngatiati / Atetep telaten atul / Tuladan marang waspaos //

Artinya: Untuk mensucikannya tidak menggunakan air, tapi dengan mengurangi nafsu di dalam hati. Dimulai dengan perilaku yang tertata, teliti, berhati-hati, teguh, sabar, dan tekun, menjadi kebiasaan. Inilah teladan menuju kearifan.

Selanjutnya sembah yang ketiga adalah sembah jiwa. Begini bait lengkapnya:

Samengko kang tinutur / Sembah katri kang sayekti katur / Mring Hyang Suksma suksmanen saari-ari / Arahen dipun kacakup / Sembahing jiwa sutengong/

Artinya: Sekarang disampaikan sembah ketiga yang pasti dipersembahkan kepada Yang Maha Esa dengan khusyuk setiap harinya. Usahakan agar mencakup sembah jiwa, Anakku.

Maksudnya, supaya senantiasa mengingat Tuhan dan berzikir setiap hari. Caranya disampaikan di bait berikut:

Ruktine ngangkah ngukut / Ngiket ngruket triloka kakukut / Jagad agung ginulung lan jagad cilik / Den kandel kumadel kulup / Mring kelaping alam kono //

Artinya: Memeliharanya dengan menyatakan niat, lalu mengemasi pekerti jiwa dan raga, ketiga mengikat dan menyatukan jiwa pada tujuan yang hendak diraih, dan keempat tidak melepaskan genggaman hingga tiga alam tercakup. Kemudian alam semesta dipadukan dengan alam manusia. Percayalah, Nak, pada gemerlapnya alam sana.

Selanjutnya sembah yang keempat dan terakhir dalam ajaran catur sembah, yaitu sembah rasa. Begini baitnya:

Samengko ingsun tutur / Gantya sembah ingkang kaping catur / Sembah rasa karasa wosing dumadi / Dadine wis tanpa tuduh / Mung kalawan kasing batos //

Artinya: Maka saya tuturkan, berlanjut pada sembah yang keempat, yaitu sembah rasa. Sehingga, terasalah hakikat kehidupan ini. Terwujudnya sudah tanpa memerlukan petunjuk, hanya tinggal menggunakan kekuatan batin.

Nah, Sobat Shafa, itulah ajaran catur sembah yang terdapat dalam Serat Wedhatama karangan KGPAA Mangkunagara IV. Semoga dapat menambah wawasan kita terhadap kearifan ajaran laku utama.

[]

TOPIK:
  • Mega Yohana

    Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. TikTok: @pustakamega

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *