Dongeng lembu dan buaya berasal dari kisah-kisah Tantri Kamandaka yang kemudian diabadikan dalam relief-relief candi di era kuno. Sebagai sebuah cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun, kisah Lembu dan Buaya tersebar luas tak hanya di Indonesia, tetapi juga sampai ke negeri tetangga. Karena persebarannya ini dongeng Lembu dan Buaya memiliki banyak versi cerita.
Salah satu relief Lembu dan Buaya terdapat di dinding kolam patirtan yang ada di bagian belakang kompleks Candi Penataran. Pada relief yang dibaca dari kiri ke kanan tersebut tampak dua panel cerita.
Panel pertama di sebelah kiri memperlihatkan seekor buaya berhadap-hadapan dengan seekor lembu. Tampak garis-garis semacam pagar atau jembatan di antara keduanya. Di panel kedua, terlihat si buaya kini di atas punggung lembu yang tengah berada di sungai.
Dikisahkan pada suatu hari, Buaya yang sedang kesulitan bertemu dengan Lembu. Buaya lantas meminta Lembu untuk mengantarnya ke sungai. Lembu setuju dan mengantarkan Buaya ke sungai. Namun, saat tiba di sungai, Buaya meminta Lembu untuk masuk lebih dalam. Buaya berniat memangsa Lembu di sana.
Cerita ini menunjukkan kebaikan Lembu yang dibalas dengan kejahatan oleh Buaya.

Cerita relief ini kemudian diteruskan dengan kemunculan karakter Kancil. Di versi ini, kebetulan Kancil sedang berada di sungai dan mengetahui niat buruk Buaya. Kancil pun menyuruh Lembu untuk segera keluar dari sungai sehingga Lembu selamat.
Versi Kancil lainnya memiliki awal yang berbeda. Dikisahkan Buaya tertimpa batang pohon yang tumbang. Buaya berteriak meminta tolong, tetapi tak ada binatang hutan yang bersedia membantunya. Saat Buaya sudah sangat lelah dan lapar, lewatlah Lembu. Buaya pun segera meminta bantuan kepada Lembu.
Lembu yang baik hati bersedia menolong Buaya. Dia menanduk batang pohon hingga tergeser dan Buaya bisa merangkak melepaskan diri. Namun, bukannya berterima kasih, Buaya malah segera memanjat ke punggung Lembu dan berniat memangsa Lembu dengan alasan dia sudah kelaparan.
Pada saat itu lewatlah Kancil. Lembu meminta tolong pada Kancil, tapi Kancil tidak langsung percaya. Kancil meminta Lembu dan Buaya untuk melakukan reka adegan.
Buaya mengira Kancil mendukungnya. Dia segera turun dari punggung Lembu dan kembali ke tempat semula dia tertimpa batang pohon. Lembu pun menggeser batang pohon agar sekali lagi menimpa Buaya. Begitu Buaya kembali terjepit, Kancil mengajak Lembu pergi meninggalkan Buaya yang tak tahu terima kasih.
Seiring waktu, cerita dongeng Lembu dan Buaya memiliki banyak sekali varian. Media penyampaian pun beragam dari cerita bergambar, komik, hingga video animasi. Meski demikian, inti ceritanya tetap sama, yaitu tentang Buaya yang tak tahu terima kasih dan malah membalas kebaikan Lembu dengan kejahatan.
Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa sebagian fabel dalam cerita turun-temurun yang sering kita dengar dari para orang tua ternyata berasal dari relief candi dan atau dari kisah-kisah Tantri Kamandaka. Meski demikian, cerita-cerita ini tetap lestari dari masa ke masa dengan berbagai versi pengembangan cerita yang membawa pesan sama.
Dari dongeng tentang lembu dan buaya ini kita belajar untuk tidak menjadi seperti Buaya yang tidak tahu terima kasih, dan jangan seperti Lembu yang mudah dibodohi orang lain. Menjadi baik hati itu bagus, membantu sesama juga bagus, tetapi kita juga harus bisa tegas dan memberikan batas yang jelas supaya kebaikan kita tidak dimanfaatkan oleh orang lain.
[]
Suka mempelajari sejarah, khususnya Jawa Kuno. Pernah menjadi tutor ekstrakurikuler Jurnalistik, menerbitkan beberapa novel dan antologi, serta menjadi editor beberapa buku terbit. Kini seorang ibu rumah tangga dengan satu anak, sambil bekerja freelance di sana sini. TikTok: @pustakamega
Leave a Reply