Lamongan, sebuah daerah yang kini menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur, memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan Kerajaan Majapahit. Meskipun tidak setenar pusat kekuasaan Majapahit di Trowulan, wilayah Lamongan memainkan peran penting dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya kerajaan tersebut. Berbagai situs arkeologi dan catatan sejarah menunjukkan bahwa Lamongan merupakan bagian dari jaringan kekuasaan Majapahit yang memiliki peran strategis, baik dalam bidang militer maupun ekonomi.
Pada masa kejayaannya, Majapahit merupakan kerajaan maritim yang menguasai sebagian besar Nusantara. Lamongan, dengan letaknya yang strategis di jalur perdagangan antara pesisir utara Jawa dan wilayah pedalaman, menjadi salah satu daerah pendukung Majapahit. Beberapa sejarawan meyakini bahwa Lamongan kala itu merupakan bagian dari wilayah pesisir yang menjadi pusat pengembangan pertanian dan perdagangan.
Dalam kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa Majapahit memiliki wilayah-wilayah yang tersebar luas, termasuk daerah pesisir yang berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi kerajaan. Lamongan, dengan tanahnya yang subur, diyakini berperan sebagai salah satu daerah penghasil bahan pangan dan hasil bumi lainnya yang menopang kehidupan di pusat kerajaan.
Bukti keberadaan Lamongan dalam jaringan Majapahit dapat ditemukan dalam berbagai peninggalan sejarah, seperti:
Salah satu peninggalan penting dari era Majapahit di Lamongan adalah Masjid Sendang Duwur. Meskipun kini lebih dikenal sebagai bangunan Islam, arsitektur dan beberapa reliefnya menunjukkan pengaruh khas Majapahit. Batu bata yang digunakan dalam konstruksi masjid ini memiliki kemiripan dengan teknik bangunan di Trowulan, yang merupakan ibu kota Majapahit.
Meskipun Sunan Drajat hidup setelah masa keemasan Majapahit, keberadaan makamnya di Lamongan menunjukkan kesinambungan sejarah antara Majapahit dan era Islam. Beberapa struktur yang masih tersisa di sekitar makam ini menunjukkan adaptasi budaya Hindu-Buddha Majapahit ke dalam Islam yang berkembang di daerah tersebut.
Beberapa prasasti dan temuan arkeologi di sekitar Lamongan menunjukkan pengaruh Majapahit. Salah satu temuan penting adalah arca dan relief yang memiliki kemiripan dengan seni Majapahit yang berkembang di abad ke-14 hingga ke-15.
Sebagai wilayah pesisir, Lamongan memiliki peran penting dalam sektor perdagangan. Sungai Bengawan Solo yang mengalir di dekatnya menjadi jalur utama perdagangan yang menghubungkan pedalaman dengan pelabuhan-pelabuhan utama Majapahit. Produk-produk seperti beras, rempah-rempah, dan hasil pertanian lainnya dari Lamongan didistribusikan ke berbagai wilayah kerajaan.
Selain pertanian, industri maritim juga berkembang di Lamongan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daerah ini memiliki hubungan erat dengan pelabuhan Gresik dan Tuban, yang merupakan pusat perdagangan utama Majapahit. Para pedagang dari Lamongan berperan dalam jaringan perdagangan yang membawa komoditas dari daerah pedalaman ke wilayah pesisir dan sebaliknya.
Lamongan juga memiliki kontribusi dalam perkembangan budaya dan sistem sosial Majapahit. Pengaruh budaya Majapahit masih terasa dalam beberapa tradisi lokal, seperti:
Seni ukir dan relief yang ditemukan di beberapa situs di Lamongan menunjukkan kesinambungan dengan gaya seni Majapahit. Beberapa motif yang ditemukan dalam batik dan ukiran kayu di Lamongan memiliki kemiripan dengan pola khas Majapahit yang ditemukan di Trowulan.
Masyarakat Lamongan, terutama di daerah pedesaan, masih melestarikan tradisi-tradisi yang berakar dari era Majapahit. Ritual adat, upacara pertanian, dan kepercayaan terhadap kekuatan alam menunjukkan jejak sinkretisme antara kepercayaan Hindu-Buddha dan Islam yang berkembang setelahnya.
Seiring dengan melemahnya kekuasaan Majapahit pada akhir abad ke-15, Lamongan mengalami transformasi sosial dan politik. Wilayah ini kemudian menjadi bagian dari perkembangan Islam di Jawa, terutama dengan kehadiran Sunan Drajat dan para Wali Songo. Islamisasi di Lamongan berlangsung secara damai, dengan banyak unsur budaya Majapahit yang tetap dipertahankan dalam bentuk baru.
Lamongan pada era Majapahit bukan hanya sekadar daerah pendukung, tetapi memiliki peran penting dalam ekonomi, perdagangan, dan budaya kerajaan. Keberadaan situs sejarah, prasasti, dan artefak menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki hubungan erat dengan Majapahit, baik dalam aspek politik maupun sosial. Transformasi Lamongan pasca Majapahit juga menunjukkan bagaimana warisan budaya tetap lestari meskipun zaman terus berubah.
Esai ini memberikan gambaran bagaimana Lamongan memiliki peran penting dalam masa kejayaan Majapahit serta bagaimana warisan budaya tersebut masih terasa hingga saat ini.
Mantan editor senior di beberapa penerbit ternama di Jakarta, di antaranya: Mizan dan Pustaka Alvabet. Sekarang Anggota Fraksi Golkar DPRD Lamongan.
Leave a Reply